Guru itu bukan mitos, fil.
Jadi bolehlah kalian bilang ini
tulisan paling curhat-able atau ter-galau.
sebentar,
sebelum kalian baca, aku mau minta maaf dulu kalau-kalau ada yang tersinggung nanti bacanya. ini cuma tulisan opini, sekali lagi opini. tidak bermaksud menjelekkan siapapun atau menyinggung nama baik. bisa bener bisa juga salah. kalau gak suka, gak usah baca :)
sebentar,
sebelum kalian baca, aku mau minta maaf dulu kalau-kalau ada yang tersinggung nanti bacanya. ini cuma tulisan opini, sekali lagi opini. tidak bermaksud menjelekkan siapapun atau menyinggung nama baik. bisa bener bisa juga salah. kalau gak suka, gak usah baca :)
kemaren jam sepuluh malem. Aku
masih pakai baju seragam. Baru pulang sekolah buat ngurus ujian praktek.
Entah kenapa aku harus peduli
banget sama yang namanya guru sampai akhirnya aku ngerasa orang paling bodoh
hari ini. Entah kenapa hari ini aku
benar-benar sadar kalau yang namanya nilai cuma sekedar nilai.
Aku gak pernah minta diriku buat
peduli. Kalau bisa milih sih aku lebih milih buat gak peduli. Tapi gak
bisa......
aku gak pernah minta diriku
sendiri buat tanyak ke salah seorang guru waktu salah satu temen yang ngomong pas
upacara di panggil ke depan. Dengan bodohnya aku tanya ”kenapa sih pak kok
harus maju ke depan temenku? Buat dibikin malu ta? Terus kenapa guru-guru yang
udah ada didepan masih ngomong sendiri waktu upacara?”. Aku gak bilang mereka tidak memberi contoh~
harusnya aku gak pernah peduli
sampai akhirnya di jawab :
“kamu kan cuma siswa bla bla
bla...”
Aku gak pernah minta diriku
sendiri buat tanya ke salah satu guru juga waktu kita gak dibolehin keluar jam
pelajaran pas lomba yang diadain LBB. Dengan bodohnya aku tanya “kenapa kok gak
boleh pak? Kenapa kalau OSN pas ujian sekolah boleh keluar?” . aku gak bilang
kalau murid yang ikut OSN bisa dihitung pakai jari loh ya. aku juga gak bilanag
kalau semua siswa sama sama bayar SPP.
Harusnya aku gak pernah peduli
sampai akhirnya dijawab:
“kalian itu gak perlu ikut lomba yang gak ngaruh ke grade sekolah bla bla
bla...”
Aku gak pernah minta diriku buat
peduli buat tanya ke salah satu guru pas ujian praktek pas presentasi lagi ngomong yang
entah apa. dengan bodohnya aku bilang “tadi sebenarnya saya bingung pas saya
presentasi gak didengarkan. Kan judulnya ujian praktek, tapi ini gak kayak prakteknya yang dinilai” Aku gak bilang mereka gak menghargai inovasi.
Harusnya aku gak pernah peduli
sampai akhirnya dibilang:
“kalian kalau ditanya jawab aja,
jangan kayak yang tadi.”
Then yeaah,
Masih banyak kepedulian yang
untungnya aku simpen. Dan untungnya aku tidak memperbanyak kebodohanku. maafkan muridmu yang sedang khilaf ini.
Fyi, buat aku guru itu pekerjaan
yang supeeer dupeer mulia. ngahaha sama ngefansnya sama kayak kalian ngefans ke girlband korea kek, apa kek. haha addict bingit. Jadiii, ketika pekerjaan yang amat mulia buat aku
itu harus tercoreng karena guru-guru itu sendiri itu rasanya....
Harusnya,
Aku gak peduli.
Toh tidak ada juga yang
mempedulikan aku kalau-kalau harus memberi pendapat. cuma siswa katanya.
dan sampai akhirnya ada guru yang
bilang :
“iya itu yaaa. guru-guru sudah sering
di ingatkan masalah upacara tapi ya tetep” –ucap salah seorang guru.
Jadi apa gunanya aku peduli? Pada
akhirnya mereka sendiri yang menyadari :)
Harusnya,
Aku gak peduli.
Mereka gak bakal peduli gimana
susahnya kamu ikut lomba non akademik, oke deal lebih spesifik mading yang
kerjaannya pulang maghrib. Liat sekolah lain ada pembinanya. Liat sekolah lain
ada majalahnya. Mereka gak bakal peduli. Sampai akhirnya suatu saat pas JCC
semua anak di bilang gak peka dan gak peduli, katanya. Mulai berasa malunya
kalau diliatin orang sekota dan mendadak kita disuruh jadi manusia dewa yang
bisa segalanya. mereka gak peduli sama lombamu dan sampai akhirnya kamu menang lomba non akademik
dan dibilang :
“besok pialanya taruh disekolah
ya nduk ya”
Jadi apa gunanya peduli? Pada akhirnya
mereka sendiri yang menyadari :)
Harusnya,
Aku gak peduli.
Mereka gak bakal peduli gimana
rasanya bikin donat samapai tengah malem dan kemudian waktu ditanya dua
pertanyaan kamu gak bisa jawab dan yaa kamu bilang kamu gak belajar yang itu. Mereka
mana peduli kalau ternyata kebetulan dua soal yang dikeluarkan bukan yang kamu
pelajari.
Haha,
Katanya, fildzah harus
membiasakan diri. Nanti dosen lebih parah. Jangan dibiasakan buat bodoh kayak
gitu.
Kalau kata ibuk, fildzah lagi
kekeselan. Jadi gampang sensi.
Tapi ini bukan masalah guru atau
dosen, aah kalian gak paham sampai
kalian ngerasain sendiri yang namanya merindukan kemuliaan.
Iya, merindukan kemuliaan.
apa mereka peduli waktu kamu nangis cuma karena rindu sama kemuliaan dari yang-sekarang-mereka-sebut-guru?
Jadi, kenapa aku harus peduli ?
Tapi kemudian, hari ini ada yang
menjawab kenapa aku harus peduli.
iya, bapak guru.
Yang langsung tanyak kenapa waktu
liat lukisan kacaku pertama kali. Yang tahu kalau aku (tidak) baik baik saja. Ada
yang mengerti tanpa harus dijelaskan bahwa kamu sudah melakukan lebih dari apa
yang kamu bisa lakukan. Ada yang mengerti bahwa ada alasan untuk sebuah
kekecewaan tanpa harus dijelaskan.
Ada yang mau belajar dari siapapun
itu, dari muridnya sekalipun.
Ada yang mau menerima segala
opini muridnya, tidak membeda-bedakan.
Ada yang mau mendengarkan tanpa
harus diminta.
Ada. Beliau benar-benar
seorang guru.
Jadi,
Ada jawaban untuk rindu itu.
Ada,
Masih ada yang namanya guru.
Masih ada yang punya gelar pahlawan tanpa tanda jasa itu.
Itu bukan cuma mitos, fil :)
jadi,
bolehkan kalau aku masih peduli dan berpura-pura tidak peduli. mereka tidak akan mengerti bagaimana rasanya merindukan kemuliaan itu.
jadi,
mereka yang menyebut diri mereka guru, bolehlah dipanggil bapak atau ibu guru. itu cuma gelar, bukan?
jadi,
bolehlah kalian bilang aku peringkat satu atau tiga puluh. itu cuma nilai bukan?
KARAKTER ITU DIAJARKAN BUKAN
LEWAT WEJANGAN ANCAMAN TEORI, KARAKTER ITU DIAJARKAN LEWAT CONTOH NYATA.
selamat malam,
beliau-beliau yang menjadi alasan bahwa tidak seharusnya lirik terakhir lagu hymne guru diganti.
selamat malam,
beliau-beliau yang memilih gelar tak-tertulis dari pada sekedar menjadi guru.
selamat malam,
para pahlawan tanpa tanda jasa :)
nb:
maaf kalau seandainya ada bapak/ibu guru yang baca tulisan ini dan tersinggung.
maaf kalau seandainya ada bapak/ibu guru yang baca tulisan ini dan tersinggung.
tulisan ini cuma opini. sangat boleh untuk berlainan pendapat.
tidak bermaksud menjelekkan siapapun atau merusak nama baik siapapun.
tidak bermaksud menjelekkan siapapun atau merusak nama baik siapapun.
karena itu,
maafkan muridmu ini yang ber-ekspetasi terlalu tinggi dengan seorang guru.
maafkan muridmu yang ini yang masih belajar, Pak, Bu.
no matter what, terimakasih untuk semua hal yang sudah di ajarkan :)
Semangat beee ~
BalasHapusaku kapan sih gak semangaaat :)))
Hapusiyo , kamu semangat terus , galaunya jugak terus (?)
Hapusaku kapan sih galau -___-
Hapusoh iki guduk galau yo oh -_-
Hapusnantik kalau aku galau beneran, kamu bingung bahaha :3
Hapusangkat empat jempol buat tulisan ini (y)
BalasHapuswaah terimakasiih :)
Hapussama samaaa~
HapusGuru yang sebenarnya masih ada kok :) hanya saja sering kali tenggelam di tengah ketidakmuliaan yang lain.
BalasHapusSaat ini kita cukup tau saja. cukup mengerti saja. bahwa anak bukan hanya belajar dari teori tanpa realisasi. tapi cenderung perilaku nyata tanpa suruhan kan.
Kita cuma cukup tau dan ngerti kalo nanti kita jadi orang tua atau guru. kita gak boleh kayak gitu :)
naaah iniii setujuuuuu <3
Hapus