Ibu
Pekerjaan terbaik perempuan adalah menjadi anak yang baik bagi
keluarganya, istri yang baik bagi suaminya, dan ibu yang baik bagi
anak-anaknya.
tapi, seburuk
apapun itu, Ibu akan tetap menjadi ibu. Saya gak peduli sama orang-orang yang
mungkin kurang suka sama ibu saya, karna yang tahu banget tentang ibu saya ya
saya sendiri :)) ibu saya-pun mengajari saya bagaimana cara kita menerima
kekukarangan orang lain, seperti umik yang berusaha nerima kekuranganku atau
aku yang nerima kekurangannya abi. Banyak sekali orang yang melupakan prinsip
sesederhana ini; saling menerima kekurangan.
Seburuk apapun
itu, ibu saya akan tetap menjadi perawat terbaik yang pernah saya temui. Yang
tidak akan peduli sebanyak apapun pekerjaannya di kantor, akan tetap izin
dengan alasan ingin menemani anaknya. Ini sudah lebih dari cukup untuk saya.
Terlebih saat ibu dengan besar hati menemani saya yang terbaring sakit, mengaji
untuk kesembuhan saya, menanyakan saya ingin makan apa, melakukan hal simple
termasuk menyisir rambut saya dan tetap terjaga ketika saya sudah terlelap. Kehadirannya
sudah lebih dari cukup daripada menyuruh seseorang untuk menemani saya.
Seburuk apapun
itu, ibu saya tetap menjadi guru terbaik yang pernah saya temui. Yang tidak
akan pernah peduli jika nilai saya bagus tapi sholat saya bolongbolong. Yang
tetap menyupport saya ketika semua
orang menertawakan saya saat saya bilang ingin jadi guru TK. Ibu pula yang
selalu mengingatkan saya bahwa pekerjaan terpenting dalam hidup ini bukan hanya
belajar biologi atau matematika. Saya harus rajin mengaji, katanya. Supaya
nanti saya akan tau ketika saya mengalami masalah-masalah besar dalam hidup
saya. Pelajaran ibu tentang hidup, bersyukur, kesulitan, dsb sudah lebih dari
cukup daripada menaruh saya di lembaga bimbingan belajar untuk belajar
pelajaran di sekolah.
Seburuk apapun
itu, ibu saya tetap menjadi orang terbaik yang menjemput saya ketika saya
pulang sekolah. Yang tidak akan pernah marah ketika saya tdak langsung turun
dari kelas, yang tetap sabar ketika barang saya ketinggalan, lebih-lebih ibu
sudah sering hujan-hujanan bareng saya waktu jemput saya pulang sekolah. Pun
sama juga seperti hal pertama yang ibu ajarkan ketika saya datang di kota ini;
cara naik angkutan umum dari stasiun ke kosan saya. Perjuangan ibu saya sudah
lebih dari cukup daripada memanjakan saya.
Seburuk
apapun itu, ibu saya tetap ibu yang bangun pagi dan mengaji sehabis sholat
subuh dan tetap mendoakan ketika disakiti. Supaya saya mau mencontoh, katanya.
Seburuk apapun
itu, ibu saya tetap ibu yang berhasil membuat saya lebih bersyukur dalam
keadaan apapun, berhasil membuat saya percaya bahwa nilai itu bukan segalanya,
berhasil membuat saya percaya bahwa menjadi ibu yang baik adalah suatu
keharusan.
Walaupun hari
ini bukan hari ibu, karena saya bukan
orang yang suka beda-bedain hari
hehe
<3 u mik :3
Komentar
Posting Komentar