Mereka Sederhana



“ Tapi ya ada juga diantara kalian yang cuma pingin jadi guru TK. Ya gapapa juga. Nanti juga bisa jadi pegawai negeri, bisa ikut sertifikasi guru, bisa ngajar di tk yang terakreditasi.”

*oke seisi kelas mulai ngelirik ke arahku, kenapa cita-citaku yang harus di bahas -___-*

“ Enak kalau jadi guru TK, gampang, apalagi yang di desa itu. Ada sekolah 79. Masuk jam 7 pulang jam sembilan dan blablabla .....”

*seisi kelas ketawa*
 hngg ? pak ini bilang apa tentang sekolah di desa ? niat ngece apa gimana. oke calm down, mana ada sih guru yang gak mau muridnya sukses fil.

“tapi cobak kalau di tk yang terakreditaasi. Kayak tk pertiwi, tk alfurqon. Pasti beda. coba kalau yang di desa dan blablabla.....”

oke telingaku mulai panas dan mulai enggan mendengarkan lebih jauh apa apa yang Anda katakan. atau mungkin aku aja yang terlalu alay nanggepinnya -_-

“...jadi gitu ya anak-anak. Ada yang ditanyakan anak-anak?”

*acung tangan*
“bapak tadi bilang yang guru di desa itu maksudnya gimana? Mau ngece apa gimana?”

“lho saya tidak bermaksud mengece. Cuma ada juga TK yang 79. SMA pun juga sama. Coba kalau SMA 1 , kan sudah terakreditasi. beda sama sekolah yang tidak ter akreditasi dan balablabla....”

*oke aku mulai menyimpulkan bapak ini cinta sekali sama yang namanya akreditasi, you are so cool, Sir*

“gini ya pak, bapak tahu ada guru yang di desa itu gak di bayar ? sekarang bapak bilang seenaknya kayak gitu apa gak mikir perasaan guru-gurunya?”
bukannya Bapak juga seorang Guru ? dan harusnya mengerti bagaimana mulianya mereka yang benar-benar bergelar pahlawan tanpa tanda jahasa walaupun bukan di tempat yang bagus seperti akreditasi yang Bapak jelaskan ?
 
*air mataku mulai netes, oke aku alay tapi beneran emang aku nangis*

aku mungkin berlebihan kalau tadi aku nangis di depan Guru dan seisi kelas cuma buat bilang itu. aku gak ngerti apa yang aku pikirin tadi. aku cuma ngerasa sakit hati aja pas Bapak itu bilang gitu tentang sekolah di desa. ngelihat di sebelah rumah ada TK mungil yang cuma ada 2 kelas, TK yang kecil dan tidak ter akreditasi yang Ibu bangun sepenuh hati, TK yang mungkin akan jauh lebih buruk bandingannya dengan TK alfurqon atau TK-TK yang lain yang menurut Bapak ter akreditasi.

iya, TK yang membuat aku bangga walaupun bukan di tengah kota letaknya. TK yang membuatku selalu melihat bagaimana pahlawan-pahlawan tanpa tanda jahasa itu bersemangat diantara anak didiknya. aku hanya melihat bagaimana sosok-sosok kecil itu tumbuh walaupun dengan keterbatasan ekonomi.


sudah itu saja. cukup.
semoga pahlawan tanpa tanda jasa yang selalu kita banggakan tidak akan akan pernah habis termakan waktu :) ya kalau semua guru ngajar di kota apa kabar pendidikan di daerah pelosok ?

mungkin sudut pandang kita beda, Pak. saya akan menghargai pendapat bapak dan saya harap bapak juga bisa menerima pendapat saya , terimakasih :)

Komentar

  1. ini kenapa aku jd nangis gini bacanya -_-

    BalasHapus
  2. waaak miss kiki :' *pelukciumkangen*
    kan miss kiki jugak guru , jadi pasti lebih ngerti daripada aku hehe ..

    BalasHapus

Posting Komentar